Minggu, 13 Mei 2012

Kulawargi Slideshow: ILiN’s trip to Bandung, Indonesia (near Bandung), Jawa, Indonesia was created by TripAdvisor. See another Bandung slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.


Jumat, 24 Februari 2012

Berserah Diri (Taslim) تسليم, Patuh Dan Taat Hanya Kepada Allah Dan Rasul-Nya, Secara Lahir Dan Bathin

“Berserah Diri (Taslim) تسليم, Patuh Dan Taat Hanya Kepada Allah Dan Rasul-Nya, Secara Lahir Dan Bathin. Tidak Menolak Sesuatu Dari Al-Qur'an Dan A-Sunnah Yang Shahih, (Baik Menolaknya Itu) Dengan Qiyas (Analogi), Perasaan, Kasyf (Iluminasi Atau Penyingkapan Tabir Rahasia Sesuatu Yang Ghaib), Ucapan Seorang Syaikh, Ataupun Pendapat Imam-Imam Dan Yang Lainnya.”


Imam Muhammad bin Syihab az-Zuhri Rahimahullah (wafat th. 124 H) berkata:

“Allah yang menganugerahkan risalah (mengutus para Rasul), kewajiban Rasul adalah menyampaikan risalah, dan kewajiban kita adalah tunduk dan taat.” [1]

Kewajiban seorang muslim untuk tunduk dan taslim secara sempurna serta tunduk kepada perintahnya, menerima berita yang datang dari beliau 'Alaihi sholatu wa sallam dengan penerimaan yang penuh dengan pembenaran, tidak boleh menentang apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan perkataan bathil, hal-hal yang syubhat atau ragu-ragu, dan tidak boleh juga dipertentangkan dengan perkataan seorang pun dari manusia.

Penyerahan diri, tunduk patuh dan taat kepada perintah Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah merupakan kewajiban seorang muslim. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mutlak. Taat kepada Rasulullah 'Alaihi sholatu wa sallam berarti taat kepada Allah Azza wa Jalla

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Artinya : Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara mereka.” [An-Nisaa’: 80]

Seorang hamba akan selamat dari siksa Allah Subhanahu wa Ta'ala bila ia mentauhidkan Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas dan ittiba’ kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak boleh mengambil kepada selain beliau Shallallahu 'alaihi wa sallm sebagai pemutus hukum dan tidak boleh ridha kepada hukum selain hukum beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Apa yang Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam putuskan tidak boleh ditolak dengan pendapat seorang guru, imam, qiyas dan lainnya.

Sesungguhnya seorang muslim tidak akan selamat dunia dan akhirat, sebelum ia berserahdiri kepada Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallm, dan menyerahkan ilmu yang belum jelas baginya kepada orang yang mengetahuinya. Hal tersebut artinya, berserah diri kepada nash-nash al-Qur-an dan as-Sunnah. Tidak menentangnya dengan pena’wilan yang rusak, syubhat, keragu-raguan dan pendapat orang.

Ada sebuah riwayat, yaitu ketika beberapa Shahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sedang duduk-duduk di dekat rumah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallm, tiba-tiba di antara mereka ada yang menyebutkan salah satu dari ayat al-Qur-an, lantas mereka bertengkar sehingga semakin keras suara mereka, lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar dalam keadaan marah dan merah mukanya, sambil melemparkan debu seraya bersabda:

“Artinya : Tenanglah wahai kaumku! Sesungguhnya cara seperti ini (bertengkar) telah membinasakan umat-umat sebelum kalian, yaitu mereka menyelisihi para Nabi mereka serta mereka ber-pendapat bahwa sebagian isi kitab itu bertentangan sebagian isi kitab yang lain. Ingat! Sesungguhnya al-Qur-an tidak turun untuk mendustakan sebagian dengan sebagian yang lainnya, bahkan ayat-ayat al-Qur-an sebagian membenarkan sebagian yang lainnya. Karena itu apa yang telah kalian ketahui, maka amalkanlah dan apa yang kalian tidak ketahui serahkanlah kepada yang paling alim.” [2].

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
“Artinya : Bertengkar dalam masalah al-Qur-an adalah kufur.” [3]

Imam Ath-Thahawi Rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang mencoba mempelajari ilmu yang terlarang, tidak puas pemahamannya untuk pasrah (kepada al-Qur-an dan as-Sunnah), maka ilmu yang dipelajarinya itu akan menutup jalan baginya dari kemurnian tauhid, kejernihan ilmu pengetahuan dan keimanan yang benar.” [4]

Penjelasan ini bermakna, larangan keras berbicara tentang masalah agama tanpa ilmu.

Orang yang berbicara tanpa ilmu, tidak lain pasti mengikuti hawa nafsunya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Artinya : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” [Al-Israa’: 36]

“Artinya : ...Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim” [Al-Qashash: 50].
“Artinya : Di antara manusia ada yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang jahat, yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahwa barangsiapa yang berkawan dengannya, tentu ia akan menyesatkannya, dan memba-wanya ke dalam adzab Neraka.” [Al-Haaj: 3-4]

Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Artinya : Katakanlah: ‘Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurun-kan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui.’” [Al-A’raaf: 33]

Ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallmj ditanya tentang anak-anak kaum Musyrikin yang meninggal dunia, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab:

"Allah-lah Yang Mahatahu apa yang telah mereka kerjakan.” [5]

Dari Abu Umamah al-Baahili Radhiyallahu 'anhu bahwa ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallm bersabda: “Tidaklah suatu kaum akan tersesat setelah mendapat hidayah kecuali apabila di kalangan mereka diberi kebiasaan berdebat.” Lalu beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan firman Allah

“Artinya : ...Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melain-kan dengan maksud membantah saja...” [Az-Zukhruf: 58] [6]

Dari Aisyah [7] Radhiyallahu 'anha, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallm bersabda:

"Artinya : Orang yang paling dibenci Allah adalah orang yang keras hati lagi suka membantah.” [8]

Tidak diragukan lagi bahwa orang yang tidak taslim kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, maka telah berkurang tauhidnya. Dan orang yang berkata dengan ra’yunya (logikanya), hawa nafsunya atau taqlid kepada orang yang mempunyai ra’yu dan mengikuti hawa nafsu tanpa petunjuk dari Allah, maka berkuranglah tauhidnya menurut kadar keluarnya dia dari ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan Sesungguhnya dia telah menjadikan sesembahan selain Allah Azza wa Jalla.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

“Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berda-sarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka, siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiar-kannya sesat). Maka, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [Al-Jaatsiyah: 23] [9]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001, Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus 2004M]
_________
Foote Note
[1].Diriwayatkan oleh al-Bukhari di dalam Kitabut Tauhid. Lihat kitab Fat-hul Baari (XIII/503).
[2]. HR. Ahmad (II/195, 196), ‘Abdurrazaq dalam al-Mushannaf (no. 20367), Ibnu Majah (no. 85), Bukhari fii Af’alil ‘Ibad (hal. 43), al-Baghawi (no. 121) sanadnya hasan. Dari Shahabat ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya, dari kakeknya Radhiyallahu 'anhu. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam Tahqiiq Musnad Imam Ahmad (no. 6702).
[3]. HR. Ahmad (II/286, 300, 424, 475, 503 dan 528), Abu Dawud no. 4603, dengan sanad yang hasan. Dishahihkan oleh al-Hakim (II/223) dan disetujui oleh adz-Dzahabi, dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu. Lihat juga Syarhus Sunnah lil Imam al-Baghawi (I/261).
[4]. Lihat Syarah ‘Aqiidah Thahawiyyah, takhrij dan ta’liq oleh Syu’aib al-Arnauth dan ‘Abdullah bin ‘Abdil Muhsin at-Turki (hal. 233).
[5]. HR. Al-Bukhari no. 1384 dan Muslim no. 2659, dari Shahabat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
[6]. HR. At-Tirmidzi (no. 3253), Ibnu Majah (no. 48), Ahmad (V/252, 256), ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir dan Hakim (II/447, 448), dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi. Menurut Syaikh al-Albani hadits ini hasan sebagaimana perkataan Imam at-Tirmidzi, lihat Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib no. 141.
[7]. Beliau adalah Ummul Mukminin. Nama lengkapnya ‘Aisyah bintu Abi Bakar ash-Shiddiq, isteri Rasulullah j yang dinikahi di Makkah pada waktu berusia enam tahun. Nabi j hidup bersamanya di Madinah ketika dia berusia sembilan tahun pada tahun kedua Hijriyah dan tidak menikah dengan perawan selainnya. Dia adalah isteri yang paling dicintainya di antara isteri-isteri lainnya. Dia banyak menghafal hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallamj dan wanita yang paling cerdas dan paling ‘alim. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meninggal saat ‘Aisyah Radhiyallahu 'anha berusia 18 tahun. ‘Aisyah Radhiyallahu anha meninggal pada tahun 58 H dalam usia 67 tahun. Dimakamkan di Baqi’, Madinah an-Nabawiyah. Lihat al-Ishaabah fii Tamyiiz ash-Shahaabah karya Ibnu Hajar al-Asqalani (IV/359 no. 704, cet. Daarul Fikr).
[8]. HR. Al-Bukhari (no. 2457), Muslim (no. 2668), at-Tirmidzi (no. 2976), an-Nasa-i (VIII/248) dan Ahmad (VI/55, 62, 205).
[9]. Lihat penjelasannya di dalam kitab Syarah ‘Aqiidah Thahawiyyah, takhrij dan ta’liq oleh Syu’aib al-Arnauth dan ‘Abdullah bin ‘Abdil Muhsin at-Turki (hal. 228-235)

Kamis, 23 Februari 2012

Wasiat Rosul

Dari Hudzaifah bin Al-Yaman ra berkata: "adalah orang-orang yang bertanya kepada Rasulullah SAW dari hal kebaikan, tetapi aku bertanya kepadanya dari hal kejahatan. Karena dikhawatirkan kejahatan akan mengejar aku, maka aku berkata : "Ya Rasulullah, Sesungguhnya kami ini adalah didalam kejahiliyyahan dan kejahatan, lalu allah mendatangkan kepada kami (iman-islam), maka sesudah kebaikan ini ada kejahatan? beliau bersabda: "Ya", aku bertanya: Dan sesudah kejahatan ada kebaikan? beliau bersabda: "Ya", dan didalamnya ada kekeruhan. Aku bertanya apa kekeruhannya? beliau bersabda: "orang-orang yang mengambil petunjuk selain petunjukku, Mereka ada yang kamu tidak kenali", aku bertanya lagi : Apakah setelah kebaikan itu ada lagi keburukan? Rasulullah saw menjawab: "Ya kelak akan muncul para penyeru (da'i) yang mengajak kepada neraka jahannam. Barang siapa menyambut ajakan mereka maka dia akan celaka didalamnya. "Aku bertanya: "Wahai Rasulullah terangkan kepada kami siapa mereka itu? Rasulullah saw bersabda: "Baiklah mereka adalah kaum yang kulitnya sama dengan kita dan berbicara dengan memakai bahasa kita. "Aku bertanya: " Wahai Rasulullah apa pendapatmu jika hal itu sampai aku alami? Apa yang harus aku lakukan? "Rasulullah saw bersabda: "kamu harus tetap bersama jama'ah kaum muslimin dan imam mereka."Aku bertanya, "kalau kaum muslimin itu tidak memiliki jama'ah dan seorang imam bagaimana? "Rasulullah saw bersabda: "Maka kamu boleh mengasingkan diri sepenuhnya walaupun sambil menggigit akar pohon sampai mati lebih baik kamu terus begitu." (HR. Bukhori-Muslim)

Selanjutnya jika tiap pribadi sudah memiliki pegangan yang kuat maka ajaklah keluarga mengikuti jejak kita menuju keselamatan yang dijanjikan Allah da Rasulnya.

Bila seseorang masih sangat sulit membina keluarganya hendaklah perbanyak taqorrub kepada Allah SWT dan janganlah berhenti ikhtiar dengan cara terus menerus belajar dimedan dakwah yang luas bersama para da'i hingga diraihnya ilmu dan ilham bagaimana sebaiknya untuk membina keluarga. Janganlah kita seperti seseorang yang futur, mereka tidak aktif karena alasan keluarga belum terbina, padahal bagaimana seseorang akan membina keluarganya dengan benar jika dirinya saja sudah tidak istiqamah dijalan Allah SWT. Wallahu'alam bishowab

ALLAH SEBAGAI RABB MALIK DAN ILLAH

Allah sebagai pencipta manusia, ia mempunyai otoritas mutlak untuk apa yang diinginkannya terhadap manusia, allah maha menghidupkan dan mematikan, begitupun mengenai perintah dan larangan yang berat atau ringan, manusia harus melaksanakannya. Otoritas Allah harus kita fahami dan dilaksanakan supaya dicintai Allah bukan sebaliknya Allah melaknat suatu bangsa / kaum disebabkan tidak bisa memahami dan melaksanakan apa yang dikendaki Allah.
Kalau kita mencermati dan bisa melihat keadaan di zaman sekarang bagaimana musibah tidak hentinya menimpa negeri yang tercinta ini, bagaimana keadaan alam negeri ini sudah menjadi rusak yang dengan itu menyebabkan gempa bumi, terjadi Tsunami, banjir, rongsor, kekeringan,_ bagaimana juga dengan moral negeri ini? moral yang rusak tidak jauh dengan moralnya para binatang; yang kuat menindas yang lemah seperti halnya hukum rimba di hutan sana, kriminalitas merajalela; mencuri sendal jepit sampai mencuri triliunan rupiah, menghilangkan nyawa tanpa hak sudah terbiasa terjadi, perzinahan dimana-mana nampak sekali dihadapan mata; pemuda-pemudi sudah tidak malu-malunya memperlihatkan sesuatu hal yang diharamkan Allah dengan dalih tidak gaul kalau belum melakukan yang namanya pacaran. Bagaimana pula ekonominya, sosial, budaya dan hukum di negeri ini yang jelas terlihat makin kesini makin parah saja.



Pertanyaan-nya adalah bagaimana itu bisa terjadi di negeri ini yang katanya didominasi oleh para pemeluk agama islam ? apakah islam mengajarkan seperti itu? ataukah orang yang mengaku islamlah yang salah yang tidak bisa membuktikan keislamannya itu. Dengan kita tahu akan maksud otoritas Allah sebagai Rabb, Malik dan Illah mudah-mudahan akan menimbulkan suatu refleksi kepada perubahan tentunya perubahan kepada hal yang di ridhoi Allah sekaligus membuktikan keislaman kita dihadapan Allah.


Baik sekiranya kita akan membahas Otoritas Allah itu seperti apa ? yaitu Allah maha berkuasa, maha berkehendak, maha pencipta sekaligus maha memerintah. ( 14:1-6 / 7:54)

1. Rabb

Asal kata : merubah, memimpin, mendidik

lafad Rabb sendiri tidak dapat untuk dipakai selain hanya untuk Allah Swt.

Secara istilah Al-Quran

1). Pemimpin (27 : 91 / 2 : 257), Allah Sebagai pemimpin orang-orang yang beriman yang mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dan orang-orang kafir itu adalah pemimpinnya Thaghut / Syetan yang mengeluarkan dari cahaya menuju kegelapan.


2). Pengatur (9 : 31), Allah sebagai pengatur, yang mempunyai aturan, dengan aturan itu bisa membedakan yang halal dan yang haram, yang haq dan yang bathil, yang dikehendaki Allah dengan yang tidak dikehendaki Allah, Jangan sampai kita membangkang kepadanya dengan mamakai aturan sendiri yang halal menjadi haram dan yang haram menjadi halal serta haram untuk mengikuti aturan yang tidak berdasarkan aturan minded 100 %.


3). Pendidik (17 : 24 / 96 : 3-4), Allah maha mendidik kepada manusia supaya bisa selamat dunia ataupun akhirat.


4). Pencipta (1 : 2), Allah maha menciptakan, dari alam manusia, alam binatang, alam tumbuh-tumbuhan,alam ghaib, benda-benda mati dan sebagainya. Allah pencipta alam-alam itu.


5). Pemelihara (26 : 18), penjelas (79 : 24), Allah maha pemelihara yang ada di alam jagat raya ini.


6). Pemilik (106 : 3), Allah maha memiliki yang ada di alam jagat raya ini.


7). Penguasa (79 : 24), Allah maha yang menguasai alam jagat raya ini, tidak ada yang pantas yang dapat menguasai sebuah tempat atau daerah kecuali hanya Allah semata.

Di dalam Istilah Al-Quran :


1). (10 : 31-32), Rabb yang haq (tidak bisa dibantah), Sekiranya Allah telah memerintahkan tidak ada jawaban orang-orang yang beriman itu dalah Sami'na Wa' ato'na yang artinya kami mendengar dan kami taat.


2). (6 : 164), Rabb segala sesuatu, tidak ada patut untuk melakukan sesuatu hal kecuali berdasarkan perintah dan larangannya dengan hidup dibawah aturannya.

3). (19 : 65), Rabb yang menguasai langit dan bumi beserta isinya.

4). (7 : 54), Rabb yang membuat hukum. Inni hukmu illallah yang artinya sesungguhnya pembuat hukum hanyalah Allah semata, tidak layak bagi manusia untuk membuat hukum sendiri dan haram tunduk/patuh kepada hukum yang bukan kepada hukum Allah.

2. Malik

Secara Lughawi : Yang merajai / memerintah (1 : 4/2 : 258), Yang berkuasa (67 : 1), Yang memilki (2 : 284).


Di dalam Istilah Al Quran :


1). (25 : 2/17 : 111/67 : 1), Allah tidak ingin dipersekutukan dalam memerintah, apa yang diputuskan oleh Allah berat ataupun ringan maka tidak pantas seorang mukmin mengambil keputusan yang lain.


2). (6 : 57), Bagi Allah-lah Pemerintah dan Pujian


3). (67 : 1), Allah pengendali tunggal, tidak ada sekutu baginya dan Allah pula sebagai yang punya pemerintahan.

4). (7 : 54), Allah sebagai penguasa yang haq dan mutlak

5). (3 : 26), Suksesi pergiliran pemerintah atau sebuah Daulah Islam ada di tangan Allah

6). (3 : 140), Proses datang-nya Karunia Allah (Kedaulatan Islam).

Gambaran Mulkiyah Allah (pemerintahan) didalam Al Quran Estafeta Mulkiyah Allah dimuka bumi antara lain :


Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (42 : 13)


1). Era Nabi Ibrahim as VS Nambrudz (4 : 54)

2). Era Nabi Daud as VS Jalut (38 : 26)

3). Era Nabi Sulaeman as VS Bilqis (2 : 102)

4). Era Nabi Musa as VS Fir'aun (40 : 26-38)

5). Era Nabi Yusuf as VS Al-Aziz (12 : 101)

6). Era Nabi Muhammad SAW VS Abu Jahal

7). Era Sekarang VS .......????

Perangkat Mulkiyah dalam Al Quran 

1). (12 : 76), Undang-Undang Allah

2). (7 : 158), Rakyat / pengikut / hamba / ummat

3). (2 : 22), Balad / tempat / kekuasaan

4). (8 : 60), Tentara Allah / Jundullah / Kekuatan

3. Illah

Secara Lughowi artinya : Cenderung / kecendrungan, Penolong, Pelindung

Arti Illah dalam Al Quran :

1). Al - Izzu : Pelindung (19 : 81)

2). Al - Nashir : Penolong (36 : 74)

3). Al - Ma'bud : Perbudakan (9 : 31)

4). Al - Hawa : Nafsu atau kecendrungan (45 : 25)

5). Al - Ashnam : Berhala (7 : 138 / 6 : 74)

Kandungan Laa Ilahaillallah

Ilahul Haq menurut pandangan islam :

- Misi setiap Rasul membawa kalimat Laa Ilahaillallah (21 : 25)

Ilahul Bathil menurut pandangan islam :

- Sulit untuk diarahkan, dipimpin karena hawa nafsu sebagai tolak ukur (45 : 23 / 25 : 43)

- Menjadikan Ilah selain Allah itu rugi (11 : 110 / 10 : 18)

- Haram mengambil Illah selain Allah (17 : 22)

Mus’ab bin Umair - Duta Islam Pertama

Mus’ab bin Umair adalah sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam yang sangat berjasa dan menjadi teladan kepada umat Islam sepanjang zaman. Sebelum memeluk Islam, dia berperawakan lemah lembut, suka berpakaian kemas, mahal dan indah. Malah dia selalu bersaing dengan kawan-kawannya untuk berpakaian sedemikian. Keadaan dirinya yang mewah dan rupanya yang kacak menyebabkan Mus’ab menjadi kegilaan gadis di Makkah. Mereka sentiasa berangan-angan untuk menjadi isterinya.

Mus’ab sebenarnya adalah anak yang paling disayangi ibunya berbanding adik adiknya yang lain. Apa sahaja permintaannya tidak pernah ditolak. Oleh itu tidaklah mengherankan apabila ibunya begitu marah selepas mendapat tahu Mus’ab telah menganut Islam. Ibunya telah mengurung dan menyiksa Mus’ab selama beberapa hari dengan harapan dia akan meninggalkan Islam. Tindakan ibunya tidak sedikit pun menimbulkan rasa takut pada Mus’ab, sebaliknya dia tidak jemu-jemu membujuk ibunya memeluk Islam kerana sayang pada ibunya. Mus’ab membuat pelbagai usaha tetapi semua tindakannya hanya menambahkan lagi kemarahan dan kebencian ibunya.

Pada suatu hari Mus’ab melihat ibunya dalam keadaan pucat lesu. Dia pun menanyakan sebabnya. Kata ibunya, dia telah berniat di hadapan berhala bahwa dia tidak akan makan dan minum sehingga Mus’ab meninggalkan Islamnya. Mendengar jawaban ibunya, Mus’ab berkata kepada ibunya: “Andaikata ibu mempunyai seratus nyawa sekalipun, dan nyawa ibu keluar satu demi satu, nescaya saya tetap tidak akan meninggalkan Islam sama sekali”.

Mendengar jawaban Mus’ab yang begitu tegas dan berani, ibunya pun mengusir Mus’ab dari rumah, maka Tinggallah Mus’ab bersama-sama Rasulullah dan sahabat-sahabat yang sangat daif ketika itu. Untuk meneruskan kehidupannya, Mus’ab berusaha sendiri bekerja mencari nafkah dengan menjual kayu api. Apabila sampai berita ini kepada ibunya, dia merasa amat marah dan malu kerana kebangsawanannya telah dicemari oleh sikap Mus’ab. Adik-beradik Mus’ab juga sering menemui dan memujuknya supaya kembali menyembah berhala. Tetapi Mus’ab tetap mempertahankan keimanannya.

Sewaktu ancaman dan seksaan kaum Quraisy ke atas kaum Muslim menjadi-jadi, Rasulullah telah mengarahkan supaya sebahagian sahabat berhijrah ke Habysah. Mus’ab turut bersama-sama rombongan tersebut. Sekembalinya dari Habsyah, keadaan beliau semakin berubah. Kurus kering dan berpakaian compang-camping lantaran penyiksaan Quraisy ke atasnya. Keadaan itu menimbulkan rasa sedih di dalam hati Rasulullah. Kata-kata Rasulullah mengenai Mus’ab sering disebut-sebut oleh sahabat:, “Segala puji bagi bagi Allah yang telah menukar dunia dengan penduduknya. Sesungguhnya dahulu saya melihat Mus’ab seorang pemuda yang hidup mewah ditengah-tengah ayah bondanya yang kaya raya. Kemudian dia meninggalkan itu semua kerana cinta kepada Allah dan Rasul-Nya”.

Apabila ibu Mus’ab mendapat tahu mengenai kepulangannya, dia memujuk anaknya supaya kembali kepada berhala. Dia mengutuskan adik Mus’ab yang bernama Al-Rum untuk memujuknya. Namun Mus’ab tetap dengan pendiriannya. Bagaimanapun tanpa pengetahuan ibunya, Al-Rum juga sudah memeluk Islam tetapi dia merahsiakannya. Mus’ab, adalah orang pertama diutus oleh Nabi ke Madinah untuk berdakwah. Hasil dakwahnya, pada tahun tersebut 12 orang Madinah Masuk Islam dan bertemu dengan Nabi di Musim Haji untuk mengikat janji setia dengan Nabi (Perjanjian A’qabah 1). Pada tahun berikutnya 70 lagi orang Madinah masuk Islam dan datang ke Mekah di musim Haji untuk berjanji setia dengan Nabi (Perjanjian A’qabah 2). Kejayaan cemerlangnya inilah, pembuka jalan kepada Nabi dan para sahabat untuk berhijrah ke Madinah.

Sewaktu terjadi peperangan Uhud, Mus’ab ditugaskan memegang bendera-bendera Islam. Peringkat kedua peperangan telah menyebabkan kekalahan di pihak tentera Muslimin. Tetapi Mus’ab tetap tidak berganjak dari tempatnya dan menyeru: Muhammad adalah Rasul, dan sebelumnya telah banyak diutuskan rasul.

Ketika itu, seorang tentera berkuda Quraisy, Ibn Qamiah menyerbu ke arah Mus’ab dan menetak tangan kanannya yang memegang bendera Islam. Mus’ab menyambut bendera itu dengan tangan kirinya sambil mengulang-ulang laungan tadi. Laungan itu menyebabkan Ibn Qamiah bertambah marah dan menetak tangan kirinya pula. Mus’ab terus menyambut dan memeluk bendera itu dengan kedua-dua lengannya yang kudung. Akhirnya Ibn Qamiah menikamnya dengan tombak. Maka gugurlah Mus’ab sebagai syuhada’ Uhud.

Al-Rum, Amir ibn Rabiah dan Suwaibit ibn Sad telah berusaha mendapatkan bendera tersebut daripada jatuh ke bumi. Al- Rum telah berjaya merebutnya dan menyaksikan sendiri syahidnya Mus’ab. Al- Rum tidak dapat lagi menahan kesedihan melihat kesyahidan abangnya. Tangisannya memenuhi sekitar bukit Uhud. Ketika hendak dikafankan, tidak ada kain yang mencukupi untuk menutup jenazahnya. Keadaan itu menyebabkan Rasulullah tidak dapat menahan kesedihan hingga bercucuran air mata baginda. Keadaannya digambarkan dengan kata-kata yang sangat masyhur:

"Apabila ditarik kainnya ke atas, bahagian kakinya terbuka. Apabila ditarik kainnya ke bawah, kepalanya terbuka. Akhirnya, kain itu digunakan untuk menutup bahagian kepalanya dan kakinya ditutup dengan daun-daun kayu."

Demikian kisah kekuatan peribadi seorang hamba Allah dalam mempertahankankebenaran dan kesucian Islam. Beliau jugalah merupakan pemuda dakwah yangpertama mengetuk setiap pintu rumah di Madinah sebelum berlakunya hijrah.

Kisahnya mempamerkan usaha dan pengorbanannya yang tinggi untuk menegakkan kebenaran. Semua itu adalah hasil proses tarbiyah yang dilaksanakan oleh Rasulullah.

Mus’ab telah menjadi saksi kepada kita akan ketegasan mempertahankan aqidah yang tidak berbelah bagi terhadap Islam sekalipun teruji antara kasih sayang kepada ibunya dengan keimanan. Mus’ab lebih mengutamakan kehidupan Islam yang serba sederhana berbanding darjat dan kehidupan serba mewah. Dia telah menghabiskan umurnya untuk Islam, meninggalkan kehebatan dunia, berhijrah zahir dan batin untuk mengambil kehebatan ukhrawi yang sejati sebagai bekalan akhirat.

Mengenal Sheikh Abdullah Azzam

Majalah Time] “Dia tidak hanya mewakili dirinya sendiri, melainkan seluruh Ummat. Ucapannya tidaklah seperti ucapan orang biasa. Sedikit bicaranya, namun kandungannya sangat dalam. Jika engkau menatap matanya, hatimu akan terpenuhi dengan iman dan cinta kepada Allah SWT”.

[Ulama Mujahid asal Mekkah] ” Tidak satupun Tanah Jihad di seluruh dunia, tidak seorangpun Mujahid yang berjuang di Jalan Allah, yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran dan karya Sheikh Abdullah Azzam”.

[Azzam Publications] ” Pada dekade 1980-an, Syuhada Sheikh Abdullah Azzam mencetuskan satu kalimat yang maknanya bergaung di seluruh medan pertempuran Chechnya saat ini. Sheikh Abdullah AzzamRahmatullah ‘Alaihi menggambarkan bahwa Para Mujahid yang gugur dalam pertempuran bergabung bersama “Kafilah Para Syuhada”.

Abdullah Yusuf Azzam lahir pada tahun 1941 di Desa Asba’ah Al-Hartiyeh, Propinsi Jiniin, Tanah Suci Palestina yang diduduki Israel. Beliau dibesarkan di sebuah rumah yang bersahaja dimana Beliau dididik agama Islam, ditanamkan kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya SAW, terhadap Mujahid yang berjuang di Jalan-Nya dan terhadap orang-orang yang shaleh yang mencintai kehidupan akhirat. Semasa masih kanak-kanak, Abdullah Azzam sangat menonjol di antara anak-anak lainnya. Beliau sudah mulai menyiarkan dakwah Islam semenjak masih sangat muda. Teman-teman sepergaulan mengenal Beliau sebagai seorang anak yang shaleh.

Beliau telah menunjukkan tanda-tanda yang luar biasa sejak muda dan guru-guru Beliau telah mengenali tanda-tanda ini sejak Beliau masih di Sekolah Dasar. Sheikh Abdullah Azzam dikenal karena ketekunan dan kesungguhannya bahkan sejak masih kecil, Beliau memperoleh pendidikan dasar dan menengah di desanya dan kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Pertanian Khadorri hingga memperoleh gelar. Meskipun Beliau yang termuda di antara teman-temannya, namun Beliau adalah yang terpandai dan terpintar. Setelah menamatkan pendidikannya di Khadorri Beliau bekerja sebagai guru di Desa Adder, Yordania Selatan. Kemudian Beliau menuntut ilmu di Fakultas Syariah, Universitas Damaskus Suriah hingga memperoleh gelar B.A. di bidang Syariah pada tahun 1966.

Ketika tentara Yahudi merebut Tepi Barat pada tahun 1967, Sheikh Abdullah Azzam memutuskan untuk pindah ke Yordania, karena Beliau tidak ingin hidup di Palestina yang berada di bawah pendudukan Yahudi. Melihat bagaimana tank-tank Israel maju memasuki Tepi Barat tanpa mendapatkan perlawanan yang berarti, menimbulkan perasaan bersalah dalam diri Beliau, sehingga membuat Beliau semakin mantap untuk hijrah dengan maksud agar dapat mempelajari ilmu perang.

Pada akhir dekade 1960-an, dari Yordania Beliau bergabung dalam Jihad menentang pendudukan Israel atas Palestina. Tidak lama kemudian Beliau pergi belajar ke Mesir dan memperoleh gelar Master dalam bidang Syariah di Universitas Al-Azhar, Kairo. Pada tahun 1970, setelah Jihad terhenti karena kekuatan PLO diusir keluar dari Yordania, Beliau menjadi dosen di Universitas Yordania di Amman. Setahun kemudian, tahun 1971, Beliau memperoleh beasiswa dari Universitas Al-Azhar dimana Beliau melanjutkan pendidikan S3 dan memperoleh gelar Ph.D dalam bidang Pokok-Pokok Hukum Islam (Ushul-Fiqh) tahun 1973. Selama di Mesir inilah Beliau mengenal keluarga Syuhada Sayyid Qutb (1906-1966). Sheikh Abdullah Azzam cukup lama turut serta dalam Jihad Palestina. Namun ada hal yang tidak disukainya, yaitu orang-orang yang terlibat di dalamnya sangat jauh dari Islam. Beliau menggambarkan bagaimana orang-orang ini berjaga-jaga sepanjang malam sambil bermain kartu dan mendengarkan musik, dan menganggap bahwa mereka sedang menunaikan Jihad untuk membebaskan Palestina. Sheikh Abdullah Azzam menyebutkan juga meskipun ada ribuan orang di basis-basis pemukiman, tetapi jumlah orang yang hadir untuk shalat berjama?ah bisa dihitung dengan satu tangan saja. Beliau berusaha mendorong mereka untuk menerapkan Islam sepenuhnya, namun mereka bertahan untuk menolak. Suatu hari Beliau bertanya kepada seorang “Mujahid” secara retoris, agama apa yang ada di belakang revolusi Palestina, “Mujahid” itu menjawab dengan jelas dan gamblang, “Revolusi ini tidak memiliki dasar agama apapun”.

Habislah sudah kesabaran Abdullah Azzam. Beliau kemudian meninggalkan Palestina, pindah ke Saudi Arabia dan mengajar di berbagai universitas di sana.Saat Sheikh Abdullah Azzam menyadari bahwa hanya dengan kekuatan yang terorganisir Ummat ini bisa menggapai kemenangan, lalu Jihad dan senjata adalah kesibukan dan pengisi waktu luangnya.

“Jihad hanya dengan senjata. TIDAK dengan Negosiasi, TIDAK dengan Perundingan Damai, TIDAK dengan Dialog”, kalimat tersebut menjadi semboyan Beliau. Beliau praktekkan apa yang selalu Beliau kumandangkan, sehingga membuat Beliau menjadi salah satu di antara orang Arab pertama yang bergabung dalam Jihad di Afghanistan melawan Uni Soviet yang komunis. Pada tahun 1980, ketika masih di Saudi Arabia, Abdullah Azzam memperoleh kesempatan berjumpa dengan satu delegasi Mujahidin Afghanistan yang datang untuk menunaikan ibadah Haji. Segera Beliau tertarik dengan kelompok ini dan ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai Jihad Afghanistan. Ketika dijabarkan kepadanya, Beliau merasa inilah yang sudah sejak lama sekali Beliau cari-cari.Beliau segera melepaskan jabatannya sebagai dosen di Universitas King Abdul-Aziz Jeddah Saudi Arabia, dan berangkat menuju Islamabad Pakistan supaya dapat ikut serta dalam Jihad. Beliau pindah ke Pakistan agar dapat lebih dekat dengan Jihad Afghanistan, dan di sanalah Beliau mengenal pemimpin-pemimpin Mujahidin. Saat-saat pertama berada di Pakistan, Beliau ditunjuk untuk memberikan kuliah di International Islamic University di Islamabad. Namun tidak lama hal ini berlangsung, karena Beliau memutuskan untuk meninggalkan universitas agar bisa mencurahkan seluruh waktu dan energinya untuk Jihad Afghanistan. Pada permulaan dekade 1980-an, Sheikh Abdullah Azzam langsung turun ke medan Jihad Afghanistan. Di Jihad inilah Beliau merasa puas bisa memenuhi kerinduan dan cinta yang tak terlukiskan untuk berjuang di Jalan Allah, persis seperti suatu kali Rasulullah SAW bersabda : “Berdiri satu jam dalam pertempuran di Jalan Allah lebih baik daripada berdiri menunaikan shalat selama enam puluh tahun”.

Terinspirasi oleh Hadits ini, Sheikh Abdullah Azzam beserta keluarganya memutuskan pindah ke Pakistan agar lebih dekat dengan medan Jihad. Tidak lama setelah itu Beliau pindah lagi dari Islamabad ke Peshawar supaya bisa lebih dekat lagi dengan medan Jihad dan Syahid.Di Peshawar, bersama dengan Usama bin Ladin yang juga teman dekatnya, Sheikh Abdullah Azzam mendirikan Baitul-Anshar (Mujahideen Services Bureau atau Kantor Pelayanan Mujahidin) dengan tujuan untuk menawarkan semua bantuan yang memungkinkan bagi Jihad Afghanistan dan Para Mujahid dengan cara mengadakan dan me-manage berbagai proyek yang menunjang Jihad. Kantor ini juga menerima dan melatih para sukarelawan (Foreign Mujahideen) yang berbondong-bondong datang ke Pakistan untuk ikut serta dalam Jihad dan mengatur penempatan mereka di garis depan.

Dapat diduga, semua hal ini masih belum cukup memuaskan keinginan Sheikh Azzam yang menggebu-gebu berjihad. Keinginan inilah yang akhirnya membawanya pergi ke garis depan. Di medan pertempuran Sheikh Abdullah Azzam mengambil peranan dengan sikap ksatria dalam perjuangan yang penuh dengan pengorbanan yang besar. Di Afghanistan Beliau jarang menetap di suatu tempat. Beliau selalu berkeliling ke seluruh pelosok negeri mengunjungi hampir seluruh propinsi dan wilayah seperti Logar, Kandahar, Pegunungan Hindukush, Lembah Panshir, Kabul dan Jalalabad. Dalam kunjungan ini, Sheikh Abdullah Azzam menyaksikan secara langsung kepahlawanan orang-orang awam yang telah mengorbankan segala apa yang dimiliki termasuk jiwa mereka demi jayanya Dien Islam. Di Peshawar, setelah kembali dari berkeliling, Sheikh Azzam selalu berbicara tentang Jihad secara kontinyu. Beliau selalu berdo’a agar Para Komandan Mujahidin yang terpecah belah dapat bersatu padu. Beliau selalu mengundang orang-orang yang belum bergabung dalam pertempuran untuk memanggul senjata dan maju ke garis depan sebelum terlambat.

Abdullah Azzam sangat dipengaruhi oleh Jihad Afghanistan dan Beliaupun sangat besar pengaruhnya pada Jihad ini sejak Beliau mengabdikan diri sepenuhnya dalam perjuangan ini. Beliau menjadi salah satu tokoh yang paling menonjol dan berpengaruh bersama dengan pemimpin-pemimpin bangsa Afghanistan lainnya. Beliau tidak tanggung-tanggung mempromosikan perjuangan Afghanistan ke seluruh dunia, khususnya ke kalangan Ummat Islam. Beliau berkeliling dunia, menyampaikan panggilan kepada Kaum Muslimin untuk beraksi mempertahankan agama dan Tanah Muslim. Beliau menulis sejumlah buku tentang Jihad, seperti Join the Caravan, Signs of Ar-Rahman in the Jihad of the Afghan, Defence of the Muslim Lands dan Lovers of the Paradise Maidens. Bahkan Beliau turun langsung ke medan Jihad Afghanistan, meskipun usia Beliau telah lebih dari 40 tahun. Beliau menjelajahi Afghanistan, dari utara ke selatan, dari timur ke barat, menembus salju, mendaki pegunungan, di bawah panas terik matahari dan dingin yang membekukan tulang, dengan menunggang keledai maupun berjalan kaki. Banyak Pemuda yang bersama Beliau kelelahan, namun Sheikh Abdullah Azzam tidak. Beliau merubah pandangan Ummat Islam terhadap Jihad di Afghanistan dan menjadikan Jihad ini sebagai perjuangan yang Islami yang merupakan kewajiban seluruh Ummat Islam di dunia. Hasil dari usaha ini adalah Jihad Afghanistan menjadi universal dimana Ummat Islam dari seluruh dunia turut serta. Para Pejuang Muslim dari seluruh penjuru dunia secara sukarela berdatangan ke Afghanistan untuk memenuhi kewajiban Jihad dan membela Saudara-saudara Muslimin dan Muslimah mereka yang tertindas.

Kehidupan Sheikh Azzam berkisar hanya kepada satu tujuan, yakni menegakkan Hukum Allah di muka bumi ini, yang merupakan tanggung jawab yang pasti bagi setiap dan segenap Ummat Muslim. Dalam rangka melaksanakan tugas suci dalam hidup ini yaitu menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah (negara yang berdasarkan pada hukum Islam), Sheikh Azzam mengkonsentrasikan kepada Jihad (perjuangan bersenjata untuk menegakkan Islam). Beliau berkeyakinan bahwa Jihad wajib dilaksanakan sampai Khilafah Islamiyyah ditegakkan sehingga cahaya Islam menerangi seluruh dunia.

Beliau juga menjaga dan memelihara keluarganya dengan semangat perjuangan yang sama, sehingga istrinya, sebagai contoh, aktif mengurus anak-anak yatim piatu dan aktif dalam berbagai tugas kemanusiaan di Afghanistan. Beliau menolak jabatan di beberapa universitas dengan menyatakan bahwa dirinya tidak akan pernah meninggalkan Jihad kecuali jika gugur di medan perang atau terbunuh. Beliau selalu menekankan kembali bahwa tujuannya yang terakhir adalah membebaskan Tanah Suci Palestina. Dalam hal ini Beliau menyatakan: “Saya tidak akan meninggalkan Tanah Jihad kecuali karena tiga hal. Pertama, saya terbunuh di Afghanistan. Kedua, saya terbunuh di Pakistan. Ketiga, saya diborgol dan diusir dari Pakistan”

Jihad di Afghanistan telah membuat Abdullah Azzam menjadi penyangga utama dalam gerakan Jihad di jaman modern sekarang. Dengan turun langsung dalam Jihad ini dan dengan mempromosikannya serta menjelaskan kendala-kendala yang menghambat gerakan Jihad, Beliau memiliki peranan yang sangat berarti dalam meluruskan pendapat Ummat Islam tentang Jihad dan perlunya menegakkan Jihad. Beliau menjadi panutan bagi generasi muda yang menyambut panggilan Jihad. Beliau amat mementingkan Jihad dan butuh akan Jihad. Sekali waktu Beliau berkata :“Saya merasa seolah-olah berumur 9 tahun. Tujuh setengah tahun dalam Jihad di Afghanistan dan satu setengah tahun dalam Jihad di Palestina. Sisa tahun lainnya tidak berarti sama sekali”.

Dari atas mimbar Sheikh Azzam berulangkali menekankan keyakinannya : “Jihad tidak boleh ditinggalkan sampai hanya Allah SWT saja yang disembah. Jihad akan terus berlangsung sampai Kalimat Allah ditinggikan. Jihad sampai semua orang yang tertindas dibebaskan. Jihad untuk melindungi kehormatan kita dan merebut kembali Tanah kita yang dirampas. Jihad adalah Jalan untuk mencapai kejayaan abadi?.

Sejarah dan semua orang yang mengenal dekat Sheikh Abdullah Azzam mencatat keberanian Beliau dalam berbicara tentang kebenaran, dengan mengabaikan segala konsekuensi yang ada.Setiap saat Sheikh Abdullah Azzam mengingatkan seluruh Kaum Muslimin bahwa :“Ummat Islam tidak dapat dikalahkan oleh ummat lainnya. Kita Ummat Islam tidak akan dikalahkan oleh musuh-musuh kita, namun kita bisa dikalahkan oleh diri kita sendiri”.

Sheikh Abdullah Azzam adalah contoh seorang yang berperilaku Islami dengan baik, dengan amal shalehnya, dengan ketaqwaannya kepada Allah SWT dan dengan kesederhanaannya dalam segala hal. Beliau tidak pernah mencemari hubungan baiknya dengan orang lain. Sheikh Azzam selalu mendengarkan pendapat Para Pemuda, Beliau amat disegani dan tidak terbersit sedikitpun rasa takut di dalam hatinya. Beliau selalu berpuasa selang seling hari seperti yang dilakukan Nabi Daud AS. Dan juga selalu menghimbau yang lainnya untuk berpuasa hari Senin dan Kamis. Sheikh Azzam adalah orang yang selalu berterus terang, tulus dan mulia. Beliau tidak pernah mencaci orang lain atau berbicara yang tidak baik mengenai orang lain.Satu saat sekelompok Muslim yang tidak puas di Peshawar mencap Sheikh Azzam sebagai kafir dan menuduhnya meminta uang dari Kaum Muslimin untuk dihambur-hamburkan. Ketika Sheikh Azzam mendengar hal ini, Beliau tidak mencari dan mendebat mereka, malah mengirimi mereka berbagai hadiah. Namun kelompok tersebut tetap saja mencaci maki, mengumpat dan memfitnah Beliau, dan Beliau terus saja mengirimi mereka hadiah lainnya. Bertahun-tahun kemudian, ketika akhirnya menyadari kesalahannya, mereka berkomentar :

“Demi Allah, kami belum pernah menemui seseorang seperti Sheikh Abdullah Azzam. Beliau tetap saja memberi kami uang walaupun kami selalu mengutuk dan mencaci Beliau”

Selama Jihad Afghanistan berlangsung, Beliau telah berhasil menyatukan berbagai kelompok Mujahidin dalam Jihad ini. Dan tentu saja kebanggaan Beliau terhadap Islam menimbulkan rasa benci di kalangan musuh agama, sehingga musuh membuat rencana untuk menghabisi nyawa Beliau. Pada November 1989, sejumlah bahan peledak TNT diletakkan di bawah mimbar dimana Beliau selalu menyampaikan khutbah setiap hari Jum?at. Demikian besar jumlah peledak tersebut sehingga seandainya meledak akan menghancurkan seluruh Masjid termasuk apa saja dan siapa saja yang ada di dalamnya. Ratusan Muslimin dapat terbunuh. Namun Allah memberikan perlindungan-Nya dan bom tersebut tidak meledak.

Musuh-musuhpun semakin berhasrat melaksanakan rencana gilanya. Mereka mencobanya sekali lagi di Peshawar, tidak lama berselang setelah kejadian tersebut. Ketika itulah Allah SWT berkehendak agar Sheikh Abdullah Azzam meninggalkan dunia ini menuju haribaan-Nya (kita berharap demikian Insya Allah). Dan Sheikh wafat dengan cara yang gemilang pada hari Jum’at 24 November 1989 pukul 12.30 siang.Musuh-musuh Allah meletakkan tiga bom di jalan yang sempit dimana hanya bisa dilewati satu mobil saja. Jalan tersebut adalah jalan yang biasa dilalui oleh Sheikh Abdullah Azzam untuk menunaikan shalat Jum’at. Pada hari Jum’at itu, Sheikh Azzam bersama dengan dua anaknya, Ibrahim dan Muhammad, serta salah seorang anak Syuhada Sheikh Tamim Adnani (salah seorang Pahlawan Jihad Afghanistan lainnya), melalui jalan tersebut. Mobil pun berhenti di mana bom yang pertama berada, dan Sheikh Azzam turun untuk meneruskan perjalanan dengan berjalan kaki. Musuh-musuh yang sudah menanti segera memicu bom yang telah mereka persiapkan tersebut. Bunyi ledakan dahsyat mengguncang hebat terdengar di seluruh penjuru kota.

Orang-orang berhamburan keluar dari Masjid, dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan. Hanya sedikit saja yang tersisa dari kendaraan yang hancur lebur. Tubuh anaknya yang kecil, Ibrahim, terlempar ke udara sejauh 100 meter, demikian pula dengan kedua anak lainnya, beterbangan pada jarak yang hampir sama. Potongan-potongan tubuh mereka tersebar di pohon-pohon dan kawat-kawat listrik. Sementara tubuh Syahid Sheikh Abdullah Azzam tersandar di dinding, tetap utuh dan tidak cacat sama sekali, kecuali sedikit darah terlihat mengalir dari mulut Beliau.

Ledakan itu telah mengakhiri perjalanan hidup Sheikh Abdullah Azzam di dunia, yang telah Beliau lalui dengan baik melalui perjuangan, daya upaya sepenuhnya, dan pertempuran di Jalan Allah SWT. Hal ini semakin menjamin kehidupannya yang sebenarnya dan abadi di Taman Surga -kita memohon kepada Allah demikian, dan menikmatinya bersama dengan teman-teman yang mulia yakni : “Dan barangsiapa yang mena?ati Allah dan Rasul-Nya mereka ini akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Para Rasul, Para Shiddiqiin, Orang-orang yang mati Syahid dan Orang-orang Shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya” [QS An-Nisaa:69]

Dengan cara seperti inilah Pahlawan Besar dan Penggerak Kebangkitan Islam meninggalkan medan Jihad dan dunia ini, dan tidak akan pernah kembali lagi. Beliau dimakamkan di Makam Para Syuhada Pabi di Peshawar Pakistan, dimana Beliau bergabung bersama-sama dengan ratusan Syuhada lainnya. Semoga Allah menerima Beliau sebagai Syuhada dan menganugerahinya tempat tertinggi di Surga. Pertempuran yang telah Beliau lalui dan telah Beliau perjuangkan tetap berlanjut melawan musuh-musuh Islam. Tidak satupun Tanah Jihad di seluruh dunia, tidak seorangpun Mujahid yang berjuang di Jalan Allah, yang tidak terinspirasi oleh hidup, ajaran dan karya Sheikh Abdullah Azzam Rahmatullah ‘Alaihi.

Kita memohon kepada Allah SWT untuk menerima amal ibadah Beliau dan menempatkan Beliau di Surga Tertinggi. Kita memohon kepada Allah SWT untuk membangkitkan dari Ummat ini Ulama-Ulama lain sekaliber Beliau, yang menerapkan pengetahuannya di medan perjuangan, bukan hanya menyimpannya di dalam buku dan di dalam Masjid saja.Melalui biografi ini, kami merekam kejadian-kejadian dalam sejarah Islam selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 1979 hingga 1989, dan akan terus berlanjut sebagaimana Sheikh Abdullah Azzam berkata :

“Sesungguhnya sejarah Islam tidaklah ditulis melainkan dengan darah Para Syuhada, dengan kisah Para Syuhada, dengan teladan Para Syuhada”“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai” [QS At-Taubah:32-33].

Buku-buku yg ditulis oleh Dr Abdullah Azzam diantaranya ialah ;
· Ayaturrahman fi jihadil Afghan
· Addifak ‘an aradhil muslimin min ahammi furdhul ‘iyan (mempertahankan Bumi Umat Islam - Fardhu Ain yg terpenting)
· Akidah dan Kesannya dlm Membentuk Masyarakat
· Adab/Tatatertib dan Hukum-hukum dalam Jihad
· Islam dan masa Depan Kemanusian
· Menara Api yg Hilang
· Hukum berjuang/beramal dlm berjamaah

Sejak Abdullah Azzam syahid, Maktab Khidmat al Mujahidin (terletak di Peshawar) mengumpulkan berbagai petikan khutbah dan ceramahnya kemudian dibukukan sehingga mencapai 50 judul, diantaranya;

· seri Tarbiyah Jihadiyah Wal Bina’ yg mencapai 26 jilid,
· Hijrah dan I’dad 3 juz/jilid.
· Fi Zhilali Suratti Taubah 2 Juz.
· Fiqh dan Ijtihad dlm Jihad 3 jilid
· Perkataan-perkataan dari Garisan Api pertama 3 jilid
· Dibawah Gelora peperangan 4 jilid
· Pengajaran dari Sirah Rasulullah SAW
· Keruntuhan Khilafah dan Pembinaan kembali

Judul-judul di atas adalah merupakan buku-buku yg penting saja sedangkan di sana terdapat berpuluh-puluh lagi buku-buku karangan As-syahid dan buku2 yg ditulis mengenainya.

Rabu, 27 Juli 2011

AMAL –AMAL SHOLEH YANG MENYEBABKAN PELAKUNYA DIAMPUNI ALLAH

1.Menuntut ilmu agama, “sesungguhnya penghuni langit dan bumi sampai ikan-ikan dilaut pun memintakan ampunan baginya ( penuntut ilmu). “ Shahih Ibnu Majah (182)

2.Wudhu, dosa-dosa dari anggota wudhu berguguran bersama air wudhu sebagaimana dijelaskan oleh banyak hadits. Shahih An-Nasa’i (100)

3.Adzan , “seorang muadzin itu akan mendapatkan ampunan sampai batas akhir (suara) adzannya dan setiap benda yang basah maupun yang kering akan memintakan ampunan untuknya.” HR. Ahmad (1/136), Shahih

4.Membaca do’a setelah adzan (ada juga yang berpendapat dibaca setelah muadzin membaca syahadat) dengan lafazh asyhadu allaa ilaaha illallah wahdahu laa syariikalah, wa anna muhammadan ‘abduhu warosuuluh. Rodhiitu billahi rabba, wabi muhammadin rosuula, wabil islaami diina. ”niscaya dosanya diampuni.” HR. Muslim (386)

5.Menempati shaf pertama atau kedua, ”Beliau sholallahu alaihi wa sallam memohonkan ampunan untuk orang-orang di shaf pertama sebanyak 3 x dan kepada yang di shaf kedua satu kali” HR. Nasa’i (817), Shahih

6.Sujud dalam sholat, “tidaklah seorang hamba bersujud kepada Allah dengan sebuah sujud melainkan Allah akan mencatat satu kebaikan baginya dan menghapus satu kejahatan darinya serta meninggikan derajat baginya lantaran sujud tersebut, karena itu perbanyaklah sujud.” Shahih Ibnu Majah (1171)

7.Mengerjakan sholat dengan khusyu, “ tidaklah seorang muslimpun yang didatangi waktu sholat fardhu, lalu ia membaguskan wudhunya, membaguskan kekhusyuannya dan ruku’nya melainkan sholat itu menjadi kaffarat dosa-dosa yang terjadi sebelumnya selama dosa besar tidak dilakukan.” HR. Muslim (232)

8.Melangkahkan kaki ke masjid untuk sholat, “ia tidak melangkah satu langkahpun melainkan ditinggikan satu derajat baginya dan dihapuskan satu kesalahan darinya lantaran sholat tersebut.” HR. Bukhari (647) dan Muslim (649)

9.Menunggu sholat setelah sholat selama ia tidak berhadats dan tidak menyakiti, malaikat berdo’a “ya Allah ampunilah ia, ya Allah terimalah taubatnya” HR. Bukhari (647) dan Muslim (649)

10.Membaca amin yang bertepatan dengan aminnya malaikat, “… karena sesungguhnya barang siapa yang ucapannya bertepatan dengan ucapan malaikat akan diampuni dosanya yang terdahulu.” HR. Bukhari (780) dan Muslim (410)

11.Membaca Allahumma Rabbana lakal Hamdu ketika i’tidal, ” karena sesungguhnya barang siapa yang ucapannya bertepatan dengan ucapan malaikat maka dosanya yang terdahulu akan diampuni.” HR. Bukhari (796) dan Muslim (409)

12.Ar-Ribath, “maukah kalian aku tunjuki kepada perbuatan yang menyebabkan Allah menghapus kesalahan-kesalahan dan meninggikan derajat ?”…”menyempurnakan wudhu pada saat yang berat, memperbanyak langkah menuju masjid, dan menunggu waktu sholat setelah (melakukan) sholat, maka itulah ribath (tali pengikat)” HR. Muslim (251)

13.Tidur dalam keadaan berwudhu, malaikat berdo’a “ ya Allah ampunilah hamba-Mu si fulan karena sesungguhnya ia tidur dalam kondisi suci.” HR. Ibnu Hibban (1048), hasan

14.Mendatangi sholat Jum’at, “barang siapa yang berwudhu lalu membaguskan wudhunya, kemudian mendatangi Jum’at dan mendengarkan khutbah serta diam, maka akan diampuni dosanya diantara jum’at itu dan ditambah 3 hari.” HR. Muslim (857)

15.Bersedekah, “sedekah dapat menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api” Shahih Tirmidzi (2110)

16.Puasa Ramadhan, “barang siapa yang shaum pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap ridha Allah, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” HR. Bukhari (1901) dan Muslim (759)

17.Sholat Malam, “ Hendaklah kalian melakukan qiyamul lail, karena sesungguhnya sholat malam itu merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kalian dan sarana mendekatkan diri kepada Rabb kalian, serta merupakan penghapus keburukan-keburukan dan penghalang dari perbuatan dosa.” HR. Ibnu Hibban (509), Shahih

18.Sholat malam di bulan Ramadhan, ”barang siapa yang melakukan qiyam ramadhan karena iman dan mengharapkan keridhaan-Nya, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” HR. Bukhari (37)

19.Sholat malam di malam Qodar, “barang siapa yang bangun pada malam qadar karena iman dan mengharapkan keridhaan-Nya, diampuni dosanya yang terdahulu.” HR.Bukhari (1901) dan Muslim (759)

20.Puasa hari arafah (9 dzulhijjah) , “aku berharap kepada Allah supaya menghapus dosa satu tahun yang akan datang dan satu tahun yang telah lalu” HR. Muslim (1162)

21.Puasa hari asyura (10 muharram), “ia menghapus dosa satu tahun yang telah lalu” HR.Muslim (1162)

22.Haji, “ barang siapa yang berhaji lalu ia tidak rafats dan tidak fasiq, ia keluar dari dosa-dosanya bagaikan hari dilahirkan oleh ibunya.” HR. Bukhari (1521) dan Muslim (1350). Keterangan: ar-rafats maknanya adalah bersetubuh, menurut kebanyakan ulama. Ada juga yang mengatakan, suatu sebutan untuk kekejian dalam perkataan. Sementara alfisq maknanya adalah kemaksiatan dan kejelekan. Lihat fathul bari (III/ 382)

23.Umrah,”umrah yang satu ke umrah berikutnya akan menghapuskan dosa-dosa diantara keduanya.” HR. Bukhari (1773) dan Muslim (1349)

24.Mengusap hajar aswad, “sesungguhnya mengusap keduanya menghapuskan kesalahan.” HR. Ibnu Khuzaimah (2753), Shahih

25.Tahalul (memotong rambut dalam rukun haji), “ Rasulullah pada saat haji wada mendoakan ampunan kepada orang yang mencukur 3 x sedangkan kepada orang yang menggunting (memendekkan rambut) 1 x .” HR. Muslim (2295)

26.Jihad, ada sahabat yang bertanya, wahai rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku terbunuh di jalan Allah, apakah akan menghapus dosa-dosaku? Maka Rasulullah berkata: “ya jika kamu terbunuh di jalan Allah dan kamu sabar, mengharap keridhoan-Nya, maju ke depan dan tidak berpaling mundur.” HR. Muslim (1885)

27.Mati syahid, “seseorang yang mati syahid akan diampuni setiap dosanya kecuali hutang.” HR. Muslim (1886)

28.Memandikan jenazah muslim seraya menyembunyikan aibnya, “maka Allah akan memberikan ampunan 40 kali kepadanya - (dalam riwayat ath Thabrani di sebutkan dengan lafazh 40 dosa besar).” HR. Al-Hakim (362), Shahih


29.Membaca Surat Al-Mulk (surah ke 67), “sesungguhnya ada satu surat dalam Alqur’an yang berjumlah 30 ayat (dapat) memberi syafa’at pada seseorang sehingga ia diampuni, yaitu surat Tabarokkalladzi biyadihil mulku.(surat ke 67)” Shahih Abu Daud (1265)

30.Setiap melakukan perbuatan baik, “sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” QS. Huud : 114


31.Menjauhi dosa-dosa besar, “ Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” Qs. An-Nisa : 31


32.Terkena musibah, penyakit, penderitaan atau sejenisnya,” Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanaan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya.” HR. Bukhari (5641)

33.Membaca laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai in qodiir 100 x, “ maka dia mendapat pahala sama dengan memerdekakan 10 orang hamba sahaya, ditulis untuknya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 dosa dan ia dilindungi dari setan pada harinya itu sampai sore dan tak seorangpun mendapatkan yang lebih utama darinya kecuali seorang laki-laki yang beramal lebih banyak darinya.” HR. Bukhari ( 6404) dan Muslim (2693)

34.Membaca subhanallahi wabi hamdih 100 x, “niscaya kesalahan-kesalahannya dilebur, meskipun seperti buih di lautan.” HR. Bukhari ( 6404) dan Muslim (2693)

35.Bertasbih 100 x, ‘ ditulis untuknya 1000 kebaikan atau dilebur darinya 1000 dosa.” HR. HR. Muslim (2698)

36.Membaca do’a ketika memakai pakaian baru dengan bacaan Alhamdulillahil ladzii kasaanii hadzaa warozaqoniihi min ghairi haulim minnii wa laa quwwah”, niscaya Allah mengampuni untuknya dosanya yang telah lalu.” HR. Abu Daud (4023), hasan


37.Bertasbih 33 x, bertahmid 33 x dan bertakbir 33 x dan mengucapkan laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai in qodiir, “ niscaya dosa-dosanya diampuni meskipun seperti buih di lautan.” HR. Muslim (597)

38.Membaca laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wahuwa ‘alaa kulli syai in qodiir 10 x setelah sholat shubuh, “ditulis untuknya 10 kebaikan, dihapus darinya 10 keburukan, diangkat untuknya 10 derajat, dan pada harinya itu dia berada dalam perlindungan dari setiap yang tidak diinginkan, dia dijaga dari setan dan tidak layak bagi dosa untuk mendapatkannya pada hari itu, kecuali dosa syirik kepada Allah.” HR. Abu Daud (5077), Shahih


39.Membaca laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu wahuwa ‘alaa kulli syai in qodiir 10 x setelah sholat maghrib, “Allah menulis untuknya dengannya 10 kebaikan yang mengantarkan ke surga, menghapus darinya 10 kesalahan yang membinasakan dan dia mendapat pahala setara dengan memerdekakan 10 orang hamba sahaya yang beriman.” HR. Tirmidzi (3534), hasan.


40.Mengerjakan sholat tasbih, “ Seandainya dosamu sebanyak kerikil yang tak terhitung jumlahnya, niscaya Allah mengampuni dosamu.” HR. Ibnu Majah (1386), Shahih


41.Mengerjakan sholat taubat, “Tidaklah seseorang yang terlanjur berbuat dosa, kemudian dia berwudhu lalu mengerjakan sholat lalu memohon ampunan kepada Allah, melainkan Allah bakal mengampuninya.” HR. Tirmidzi (406 dan 3009), Shahih


42.Membaca doa sesudah makan dengan bacaan Alhamdulillahil ladzii ath ’amanii hadzaa warozaqoniihi min ghairi haulim minnii wa laa quwwah, ” niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.” HR. Abu daud (4023), hasan


43.Membaca doa penutup majelis dengan bacaan subhaanakallahumma wabihamdika, asyhadu allaa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik,” melainkan dia pasti diampuni dari laghath (pembicaraan yang banyak dan tidak berguna) yang terjadi di majelisnya.” HR. Tirmidzi (3433), Shahih.


44.Membaca doa ketika memasuki pasar dengan bacaan laa ilaaha illallah wahdahu laa syarikalah lahul mulku walahul hamdu yuhyii wa yumiitu , wahuwa hayyu la yamuut, biyadihil khair, wahuwa ‘alaa kulli syai in qodiir, ”niscaya Allah menuliskan baginya 1 juta kebaikan dan menghapus darinya 1 juta kejelekan serta mengangkat derajatnya hingga 1 juta derajat.” HR. Tirmidzi (3428), hasan


45.Berdo’a meminta ampunan dan tidak melakukan kesyirikan, ” Allah berfirman, “wahai anak cucu Adam, sesungguhnya kamu, selama masih berdo’a kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni segala dosamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak cucu Adam, kalau seandainya dosamu mencapai awan di langit kemudian kamu meminta ampunan kepada Ku, niscaya Aku mengampuni segala dosamu. Wahai anak cucu Adam, kalau seandainya kamu mendatangiKu dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian kamu mendatangi-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu, niscaya Aku akan memberikan ampunan sepenuh bumi.” HR. Tirmidzi (3540), hasan


46.Istighfar dengan mengucapkan Astaghfirullahal ladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul Qayyum wa atuubu ilaihi, “niscaya dosa-dosanya diampuni walaupun dia telah lari dari peperangan.” HR. Abu Daud (1516), Shahih.


47.Bershalawat, “ barang siapa yang bershalawat kepadaku ( rasulullah) 1 x sholawat, niscaya Allah akan bershalawat kepadanya 10 x dan dihapuskan darinya 10 kesalahan serta diangkat baginya 10 derajat “ HR. Bukhari dalam adabul mufrad (643), Shahih


48.Memberikan pinjaman dan memaafkan orang yang dalam kesulitan,”Rasulullah sholallahu alaihi wa sallam bersabda ” ada seseorang yang suka mengutangkan kepada manusia. Ia berkata kepada pembantunya, ‘Jika datang kepadamu orang yang sedang mengalami kesulitan, maka bebaskanlah (utangnya), semoga Allah membebaskan kita (dari dosa).’ Nabi bersabda, “maka ia berjumpa dengan Allah, lalu Allah memaafkannya.” HR. Bukhari


49.Menjenguk orang sakit, “Tidaklah seorang muslim menjenguk seorang muslim lainnya di pagi hari kecuali 70 ribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga sore hari. Dan apabila ia menjenguknya sore hari, maka 70 ribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga pagi. Dan baginya setahun (perjalanan) di surga.” HR. Tirmidzi (IV/72), dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib (III/197)

50.Berjabat tangannya seorang muslim,”Tidaklah (2 orang) muslim berjumpa, lalu keduanya berjabat tangan, kecuali keduanya diampuni sebelum mereka berpisah.” HR. Abu Daud (4536), Shahih